Rabu, 16 Mei 2018

Menariknya Drama Musikal Sangkuriang ala Bandung Independent School



Indonesia selain kaya akan budaya tetapi juga memiliki banyak cerita rakyat dari berbagai daerah. Misalnya saja Sangkuriang, sebuah cerita rakyat yang berasal dari Jawa Barat yang konon menjadi asal muasal terjadinya Gunung Tangkuban Parahu. Siapa yang tak tahu cerita Sangkuriang? Dari zaman SD rasanya kita sudah sering disuguhkan ceritanya melalui buku-buku. Dulu aku berpikir, rasanya akan lebih menarik jika menyaksikan ceritanya melalui sebuah drama. Ternyata minggu lalu aku bisa menyaksikannya.

Minggu lalu tepatnya hari Sabtu 12 Mei 2018, aku bersama teman-teman blogger menghadiri sebuah acara drama musikal Sangkuriang yang dipersembahkan oleh Bandung Independent School (BIS) yang bekerja sama dengan The Lodge Foundation. Acara ini diadakan dalam rangka 45th BIS Anniversary Celebration yang berlokasi di kawasan Bandung Independent School sendiri, yaitu di Jalan Surya Sumantri No.61 Kota Bandung. Ternyata selain drama musikal, akan ada juga fashion shownya. Jujur aku baru tahu kalo di Bandung ada sebuah sekolah internasional (yaah ketauan deh dulunya jarang kemana-mana).

Pulang dari kantor aku langsung menuju ke BIS dengan berbekal google maps dan ojek online. Sempet nyasar sampe harus putar balik, tapi akhirnya ketemu juga sekolahnya. Tepat saat aku tiba di depan gerbang sekolah hujan pun turun. Dengan sedikit berlari aku mencari auditorium tempat acara tersebut akan berlangsung yang ternyata berada di lantai dua. Ternyata sudah ada dua teman-teman blogger yang sudah tiba disana. Kami pun disambut oleh para staf Bandung Independent School dengan sangat ramah. Setelah melakukan registrasi kami beranjak ke mushola terlebih dahulu, kira-kira masih ada 10 menitan lagi sebelum acara dimulai. Sejenak aku memperhatikan lingkungan sekolah ini, ternyata sangat rapi dan bersih. Rasanya nyaman sekali berada disini. Tepat pukul 15.30 WIB kami langsung menuju auditorium karena berdasarkan jadwal acara memang akan dimulai pukul 15.30 WIB. Nggak disangka ternyata di dalam auditorium sudah banyak sekali penonton yang hadir, MC juga sudah berdiri di depan menyambut para penonton. Waaaw kereeeen... BIS on time banget!! Kami langsung mencari tempat duduk terdekat, beruntung kami mendapat tempat duduk di barisan ketiga dari depan sehingga bisa menyaksikan drama lebih dekat. Sebelum drama benar-benar dimulai, MC mengajak semua penonton mengikuti kuis terlebih dahulu dengan bahasa inggrisnya yang sangat fasih. Ya gimana nggak fasih, MC nya orang luar negeri asli lho!!

Mr. MC
Acara dimulai dengan suara merdu tiga ibu cantik yang menyanyikan sebuah lagu. Kok jadi inget Tiga Diva Indonesia ya? Hehehe.. Selain terhanyut dalam suara merdu ketiga ibu cantik ini, aku dibuat terpukau juga dengan kostum yang digunakannya. Kain-kain khas Indonesia dengan desain kekinian tapi tetap nggak melupakan ciri khasnya masing-masing.

tiga ibu cantik bersuara merdu

Kemudian dilanjutkan dengan fashion show terlebih dahulu yang menampilkan beragam kain-kain Indonesia yang didesain dengan sangat cantik. Karena aku suka fashion, jadinya malah terpesona sendiri sama desain-desainnya. Rasanya pengen banget melihat lebih dekat gimana detail desain dan bahan kain yang digunakan.

fashion show yang diperagakan oleh para staf dan orang tua siswa BIS


Kemudian tibalah ke inti acara yaitu drama musikal Sangkuriang. Drama dimulai dengan sebuah narasi tentang sejarah nun jauh sebelum Sangkuriang dilahirkan. Yakni ketika seorang raja yang sakti dan istrinya dikaruniai seorang putri yang kemudian diberi nama Dayang Sumbi. Dayang Sumbi tumbuh menjadi seorang putri yang sangat cantik sehingga banyak sekali yang ingin memperistrinya. Untuk menghindari pertikaian, Dayang Sumbi memutuskan menjauh dari istana dan hidup sendiri di sebuah hutan. Suatu hari ketika Dayang Sumbi sedang menenun, benang tenunnya jatuh sehingga Dayang Sumbi menjanjikan sesuatu kepada siapapun yang menolongnya mengambilkan benang tenun tersebut. Apakah janjinya tersebut? Jika si penolong seorang wanita maka akan dijadikan saudara, namun jika laki-laki akan dijadikan suami. Tak disangka ternyata yang menolongnya adalah seekor anjing. Dayang Sumbi tak bisa berbuat apapun karena ia sudah terlanjur berjanji. Belakangan Dayang Sumbi mengetahui ternyata seekor anjing bernama Si Tumang tersebut ialah seorang dewa rupawan yang tengah dikutuk ke bumi dengan berwujud seekor anjing. Singkat cerita Dayang Sumbi dan Si Tumang memiliki seorang anak laki-laki bernama Sangkuriang. Namun hingga ia dewasa Sangkuriang tak pernah tahu jika Si Tumang adalah ayahnya. Hingga suatu ketika saat tengah berburu di hutan, Sangkuriang membunuh Si Tumang karena kekesalannya. Dayang Sumbi yang akhirnya tahu bahwa Sangkuriang telah membunuh Si Tumang memukul dahi Sangkuriang hingga berbekas. Sangkuriang yang tidak memahami kemarahan sang ibu memutuskan untuk pergi dari ibunya. Sementara Dayang Sumbi berjanji tak akan pernah lagi memakan daging yang menyebabkannya tetap cantik dan awet muda.


Cerita berlanjut ketika Sangkuriang telah dewasa. Hingga akhirnya ia bertemu dengan seorang wanita cantik yang tak lain adalah ibunya, Dayang Sumbi. Namun sayangnya Sangkuriang tidak mengenali bahwa wanita tersebut ialah ibunya. Begitupun dengan Dayang Sumbi yang tak mengenali Sangkuriang hingga akhirnya Dayang Sumbi melihat bekas luka di dahi Sangkuriang. Sangkuriang yang tak mempercayai bahwa Dayang Sumbi adalah ibunya bersikeras ingin tetap menikahinya apapun yang terjadi. Dayang Sumbi terpaksa mengajukan sebuah syarat yang amat sulit agar Sangkuriang gagal menikahinya. Yaitu membuat danau dan sebuah bahtera hanya dalam waktu semalam sebelum matahari terbit. Tak disangka Sangkuriang menyanggupinya. Dengan bantuan para jin hampir saja Sangkuriang dapat menyelesaikan syarat yang diajukan Dayang Sumbi, namun berkat do’a Dayang Sumbi dan bantuan para peri akhirnya Sangkuriang telah gagal karena di ufuk timur terlihat seakan matahari sudah terbit. Sangkuriang yang marah akhirnya menendang bahtera yang telah dibuatnya yang kini kita kenal dengan Gunung Tangkuban Parahu.



Itulah cerita tentang Sangkuriang. Dari segi cerita tetap sama seperti cerita Sangkuriang aslinya. Tapi ada yang berbeda dan membuatnya menjadi menarik dalam drama musikal Sangkuriang yang dipersembahkan BIS ini. BIS telah menyuguhkan serangkaian acara fashion show dan drama musikal ini dengan sangat apik. Dimulai dari fashion show, para peraga busana ternyata tak lain ialah staf dan orang tua siswa BIS sendiri. Kemudian dalam drama musikal Sangkuriang sendiri pun, para staf, guru, hingga siswa BIS turut serta dalam acara ini. Tak disangka pemeran Dayang Sumbi ternyata ialah Narda Virelia, Runner Up I Miss Indonesia 2018 yang tak lain ialah alumni BIS juga. Narda Virelia menguasai empat bahasa dan terampil menari tarian tradisional Indonesia. Wah.. pantas saja Narda terlihat begitu luwes ketika memerankan tokoh Dayang Sumbi. Sementara pemeran Sangkuriang ternyata ialah kepala sekolah BIS yakni Mr. Chris Toomer. Ada juga hal menarik lainnya, para jin yang membantu Sangkuriang saat membuat bahtera, diawal kehadirannya sempat membuat para penonton kaget. Gimana nggak, dengan kostumnya yang menyeramkan mereka menghampiri para penonton terlebih dahulu. Mungkin kalo penontonnya semua berusia anak-anak pasti bakal lebih seru karena pada jerit-jerit, tapi karena sebagian besar penontonnya berusia dewasa jadinya bukan takut tapi malah minta selfie.  Tapi tetap saja bikin kaget karena jumlah mereka yang terhitung banyak. Oh ya, tak lupa siswa-siswa BIS yang mahir memainkan alat-alat musik tradisional yang mengiringi selama drama berlangsung. Walaupun mereka bersekolah di sekolah internasional, tapi mereka tetap mahir memainkan alat-alat musik tradisional ya.



siswa-siswa BIS yang memainkan alat musik tradisional


Acara ini sangat berkesan, dimulai ketika awal acara saja sudah membuatku terkesan karena BIS sangat tepat waktu. Selama acara berlangsung pun rasanya tak ada kekurangan sedikitpun hingga acara ini berjalan sangat lancar hingga akhir acara. Rasanya jadi pengen berkunjung ke BIS lagi untuk mengenal lebih dekat tentang BIS. Acara ini disponsori oleh Bank Mandiri, Bank UOB, Kartika Sari, Bank BTN, K-Lite 102.1 FM, Purbasari, Crowne Plaza, dan Intercontinental.


Sekilas Tentang Bandung Independent School
Seandainya aku nggak ikutan menghadiri drama musikal ini bersama teman-teman blogger, mungkin aku nggak akan tahu kalo di Bandung ada sebuah sekolah Internasional bernama Bandung Independent School. Padahal sekolah ini sudah berusia 45 tahun!! Ah ini mah fix aku nya aja yang kuper, hihihi.. Akhirnya sebelum berangkat menyaksikan drama musikal ini, aku browsing dulu tentang Bandung Independent School. BIS merupakan sebuah lembaga non profit yang didirikan pada tahun 1972, awalnya bernama Bandung International School. Bahasa yang digunakan sudah pasti bahasa inggris. Program yang disediakan BIS mulai dari jenjang usia dini hingga SMA, yang lebih menarik ternyata jenjang SMA di BIS ini cukup dua tahun saja namun setelah lulus dapat setara dengan jenjang Diploma 1. Para staf, guru dan siswanya sendiri berasal dari berbagai negara. Dalam satu kelas hanya terdiri dari maksimal 20 siswa, pasti kegiatan belajar mengajarnya sangat kondusif ya. Sebagian besar lulusan BIS diterima di berbagai universitas bergengsi di berbagai penjuru dunia, misalnya saja Narda Virelia sang pemeran Dayang Sumbi yang merupakan lulusan University of Nottingham.


Sekilas Tentang The Lodge Foundation
Mendengar The Lodge Foundation aku langsung teringat The Lodge Maribaya, sebuah kawasan wisata di Lembang. Sebelum berangkat menyaksikan drama musikal ini, aku sempat browsing dulu nyari info tentang The Lodge Foundation. The Lodge Foundation adalah lembaga nirlaba yang bergerak di bidang lingkungan, sosial, budaya, dan pendidikan. Didirikan pada tanggal 22 April 2016, The Lodge Foundation telah melakukan berbagai aktifitas konkrit yang melibatkan berbagai komunitas diantaranya memperingati Hari Bumi Internasional, mengadakan gerakan bersih sampah di kawasan hutan Tahura dan Desa Maribaya, serta menggelar bazar sampah barter sembako dalam upaya merevitalisasi aktifitas empat bank sampah binaan The Lodge Foundation dan The Lodge Maribaya. The Lodge Foundation telah membentuk komunitas sendra tari “Nuwala” dalam rangka mengembangkan dan mengaktualisasi budaya lokal. The Lodge Foundation juga telah memberi beasiswa kepada sepuluh anak di Cibodas dalam rangka mendukung generasi muda untuk mencapai tingkat pendidikan yang lebih baik. Dan masih banyak lagi sederet upaya lainnya yang dilakukan oleh The Lodge Foundation dalam mendukung masyarakat dan lingkungan untuk terus menjadi lebih baik lagi.


30 komentar:

  1. Keren Bandung Independent School 🙂

    BalasHapus
  2. Saya sempet PKL di BIS, waktu itu namanya Bandung International School. Pokoknya menemukan dunia lain seperti bukan di Bandung.... dulu muridnya harus paspor non Indonesia semua.

    BalasHapus
    Balasan
    1. bikin betah ya teh, dan iya katanya dulu muridnya non indonesia semua, tapi sekarang udah boleh yang indonesia

      Hapus
  3. keren ya sekolah internasional namun masih bisa memainkan alat musik tradisional, keren dan salur banget

    BalasHapus
  4. Pengen datang sebenarnya kemarin sama anakku. Kayaknya dia bakalan seneng lihat yang musikal gini

    BalasHapus
    Balasan
    1. yaah kalo aja dateng.. keren banget teh acaranya.. mudah-mudahan dilain waktu ada acara serupa di BIS ya..

      Hapus
  5. Waaah keren acaranya. Sekolahnya juga pasti lebih keren. Walaupun bukan wni tapi bisa menghargai budaya Indonesia juga

    BalasHapus
  6. Acara keren nih, The Lodge Fundation Bu Henii, sukses selalu yaaa,

    BalasHapus
  7. keren banget acaranya, dan The Lodge Foundation juga keren banget semoga sukses slalu :)

    BalasHapus
  8. acara ini keren sekali, kemarin aku sempet mau ikutan tapi telat daftar huuu

    BalasHapus
    Balasan
    1. mudah-mudahan ke depannya ada acara serupa lagi ya.. keren banget soalnya

      Hapus
  9. the Lodge Foundation sering ngadain acara yang keren-keren. Sukses selalu bu Henni

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya teh acaranya keren banget.. sukses untuk bu heni dan the lodge foundation jg bandung independent school

      Hapus
  10. Seru dan senang ada yg masih peduli pada dongeng Indonesia D

    BalasHapus
  11. acaranya keren banget, dan aku jadi penasaran loh sama fashion show nya karena suka fashion juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. fashion shownya keren banget pokoknya.. jadi pengen nonton lagii

      Hapus
  12. Drama musikal yg pernah aku tonton itu salah satunya Glee. Tapi liat teatrikal drama musikal blum pernah sih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. drama musikal sangkuriang dari bandung independent school ini nggak kalah keren dari glee teh.. hehe..

      Hapus
  13. Dongeng Sangkuriang emang nggak ada matinya dibikin pagelaran macam apa pun.

    BalasHapus
  14. Fashionnya keren-keren, ya. Jadi mupeng hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama teh.. mupeng banget.. rasanya pengen lari kedepan panggung buat liat fashion shownya dari jarak yang lebih dekat

      Hapus

Lima Tantangan Ramadan yang Ingin Aku Jadikan Kebiasaan

Tiap bulan ramadan tiba rasanya senenggg banget. Seneng karena masih diizinkan Allah SWT ketemu sama bulan ramadan lagi. Waktu bergulir, kir...