Mulai dari pagi sampe barusan hari udah malem, seluruh media
sosial diramaikan dengan postingan ucapan selamat hari ibu. Di satu sisi aku
seneng bahwa betapa kedudukan seorang ibu begitu tinggi hingga ditetapkan satu
tanggal untuk memperingatinya, tapi di sisi lain aku amat sangat berharap bahwa
hari ibu nggak cuma hari ini aja tapi setiap hari.
Bicara tentang ibu nggak akan lepas dari sosok wanita. Bukan
cuma tentang seorang wanita yang udah menikah dan jadi seorang ibu buat
anak-anaknya tapi juga tentang wanita yang suatu saat akan menikah dan bakalan jadi
seorang ibu pula.
Semua orang pasti tau banget kalo jadi seorang ibu adalah
hal yang nggak mudah. Untuk seorang ibu yang jadi ibu rumah tangga sekaligus
berkarir di luar rumah, maka manajemen waktu, pikiran, tenaga dan lain
sebagainya pasti bener-bener harus dipikirkan sesuai porsinya masing-masing. Tapi
jangan pula ngeremehin seorang ibu yang full jadi ibu rumah tangga aja, 24 jam
berada di rumah dengan segala kondisi di dalamnya. Para ibu rumah tangga yang
juga berkarir maupun yang full di rumah sama-sama hebat, mereka menghadapi
segala tantangannya masing-masing menurutku.
Terkadang ada perasaan cemas dibenakku apakah suatu hari
nanti aku bisa menjadi ibu yang baik untuk keluarga dan anak-anakku ataukah
tidak. Rasanya terlalu banyak hal yang belum mampu aku lakukan. Mungkin itulah
kenapa akhirnya aku tersadar bahwa menjadi seorang ibu adalah posisi paling
hebat menurut pendapatku.
Menjadi seorang ibu di akhir zaman seperti saat ini,
menurutku seorang ibu tak cukup hanya mahir dalam mengurusi segala keperluan
rumah tangga saja, tapi juga harus mahir dalam mengokohkan aqidah
putra-putrinya. Hanya itu? Enggak. Nyatanya dalam cara mendidik pun harus
berhati-hati karena seorang ibu adalah madrasah pertama bagi putra-putrinya.
Kilas balik sejenak, tentang perjalanan hidup yang aku lalui
mungkin juga adalah bagian dari persiapan untuk masa depanku. Dimulai dari aku
yang pernah berprofesi sebagai pengajar yang terkadang betapa aku ngerasa lelah
yang amat sangat karena selain tugasku mengelola kelas aku harus menyelesaikan
tugas-tugas lainnya. Bandingkan dengan seorang ibu yang 24 jam mengurusi rumah
dengan segala keadaannya, maka aku harus bersiap dengan itu. Lalu terkadang
liat berbagai karakter anak sesuai dengan didikan orang tuanya atau liat cara
orang tua memperlakukan anaknya di depan umum, ada yang bikin kita takjub ada
juga yang bikin miris, dari hal itu pula lah aku makin tersadar bahwa mendidik
anak nggak bisa asal-asalan. Menjadi seorang ibu dibutuhkan amat banyak ilmu,
ada ilmu yang bisa kita persiapkan jauh-jauh hari dari sebelum kita benar-benar
jadi seorang ibu, ada juga pengalaman yang mungkin akan dijadikan sebuah hikmah
atau pelajaran saat kita benar-benar sudah menjadi seorang ibu kelak.
Terakhir, mungkin ini lebih kepada sebuah cita-cita. Betapa aku
sangat berharap bisa menjadi seorang ibu yang bisa meraih pendidikan
setinggi-tingginya apapun profesiku kelak, pun berharap semoga suatu hari nanti
anak-anakku pun bisa memiliki pendidikan lebih tinggi dariku. Karena menurut
pandanganku, menuntut ilmu dan menjadi seorang ibu adalah dua profesi yang amat
sangat mulia, yang semoga dengan cara itu bisa semakin mendekatkanku pada Sang
Maha Pencipta, dan menjadi tabungan kebaikanku untuk di akhirat kelak. Aamiin...