Tampilkan postingan dengan label Thoughts. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Thoughts. Tampilkan semua postingan

Minggu, 20 Oktober 2019

Wake Up! Wakaf Dompet Dhuafa : Berwakaf Nggak Seribet yang Aku Bayangkan

Apa yang terlintas pertama kali dalam pikiran teman-teman ketika mendengar kata “wakaf”? Hanya bisa dilakukan oleh orang kaya alias banyak uang, pemberi wakaf sudah dipastikan berusia lanjut, harta atau aset wakaf harus berjumlah besar, dan bentuknya biasanya seperti tanah kosong yang digunakan untuk pemakaman (hmm.. ngomongin pemakaman kok jadi serem ya). Itu yang pertama kali terlintas dalam pikiranku dahulu. Ribet banget ya pikiranku waktu itu.

Sebenernya apa sih yang dimaksud dengan wakaf? Wakaf adalah sedekah jariyah, yakni menyedekahkan harta kita untuk kepentingan umat. Ada banyak organisasi yang mengelola wakaf salah satunya Dompet Dhuafa, pernah dengar? Pasti udah nggak asing lagi dong. Dompet Dhuafa merupakan organisasi nirlaba terkemuka di Indonesia yang didirikan pada tahun 1993, yang mengangkat martabat dan pengabdian manusia dengan memanfaatkan dana zakat, infaq, sedekah dan wakaf serta dana sosial lainnya baik dari individu, kelompok dan perusahaan.

Ngomongin Dompet Dhuafa, kebetulan banget beberapa waktu lalu aku dan lebih dari 30 orang teman-teman blogger berkesempatan berkunjung ke daerah Subang tepatnya ke Kebun Indonesia Berdaya Dompet Dhuafa dalam rangka Blogger Meet Up bersama Dompet Dhuafa yang bertajuk “Wake Up! Wakaf”. Eh bentar-bentar, gimana ini, temanya wakaf tapi kok berkunjungnya ke kebun? Kebingunganku itulah yang membuatku bersemangat banget ikutan Blogger Meet Up ini. Kan daripada bingung sendirian dan hanya mengira-ngira mending meluncur langsung ke TKP biar dapat penjelasannya, iya nggak?

Sekitar jam 05.15 WIB aku udah berangkat dari rumahku di Jatinangor menuju meeting poin di Kantor Dompet Dhuafa Buah Batu Bandung. Kok pagi amat berangkat dari rumahnya? Karena rencana kami berangkat dari meeting poin jam 06.30 WIB untuk menghindari kemacetan, dari Bandung ke Subang walaupun jaraknya deket tapi kalo kena macet kan lumayan juga ya bakalan jadi lama. Setelah semua peserta berkumpul, kami berangkat bersama-sama ke Kebun Indonesia Berdaya di Subang menggunakan kendaraan yang sudah disediakan. Perjalanan terbilang lancar walau melewati jalur Lembang karena mungkin saat kami berangkat bukan jam berangkat atau pulang kantor. Mendekati lokasi, sepanjang jalan kami disuguhkan hamparan kebun nanas yang sudah mulai berbuah. Kemudian mulai terlihat kebun buah naga yang ternyata disekitar situlah lokasi meet up-nya.


Tiba di lokasi, panasnya daerah Subang langsung terasa ditambah teriknya matahari yang mulai naik. Beruntung kami disuguhkan jus nanas yang segar dengan rasa asam manisnya yang pas. Ada pula beberapa jenis cemilan sehat seperti ubi, singkong, jagung, kacang, dan pisang. Yups aku sebut itu semua cemilan sehat karena cara pengolahannya direbus, hehe.. nggak ketinggalan ada juga sate nanas (terus, buah naganya mana? sayangnya ternyata belum berbuah). Oh iya, selain disambut dengan cemilan-cemilan yang menggugah selera, kami juga disambut dengan alunan musik khas sunda yang bakalan bikin betah berlama-lama disini. Nggak ketinggalan juga sambutan dari para staf dan pengelola Dompet Dhuafa dan Kebun Indonesia Berdaya yang ramah-ramah.



Tak lama kemudian acara dibuka oleh MC, kemudian disusul pemaparan dari Bapak Bobby P. Manulang selaku General Manager Wakaf Dompet Dhuafa, dan Bapak Kamaludin selaku Manager Program Ekonomi Dompet Dhuafa. Dari sini aku mulai paham bahwa bentuk harta wakaf nggak hanya yang aku kira diawal. Wakaf dapat berupa lahan yang dapat terus diberdayakan untuk membantu kesejahteraan umat yang disebut juga Wakaf Produktif. Aset wakaf produktif yang dikelola oleh Dompet Dhuafa sendiri ternyata sudah cukup banyak, diantaranya :

1. Bidang Pendidikan; terdiri dari beberapa sekolah, gedung pendidikan, pesantren, dan lembaga pendidikan non formal
2. Bidang Kesehatan; terdiri dari beberapa rumah sakit, klinik, optik, dan apotek
3. Bidang Ekonomi; terdiri dari kebun berdaya, pabrik pengolahan buah, minimarket, peternakan dan lainnya
4. Bidang Sosial Budaya; terdiri dari beberapa masjid

Kebun Indesia Berdaya dan Rumah Produksi Olahan Nanas (atau disebut juga Rumah Industri Pengolahan Nanas) yang aku dan teman-teman Blogger kunjungi kala itu merupakan salah satu wakaf produktif dimana lahan dan donasi wakaf yang dihimpun Dompet Dhuafa dapat menjadi sumber ekonomi produktif yang dapat memberi manfaat ekonomi bagi kaum dhuafa. Kebun Indonesia Berdaya Dompet Dhuafa mengolah lahan seluas 10 Hektar yang ditanami aneka tanaman buah diantaranya buah nanas dan buah naga. Sementara Rumah Industri Nanas merupakan pabrik ekstrak buah yang akan mengolah buah-buahan hasil dari Kebun Indonesia Berdaya menjadi selai, sirup, dan lainnya. Pabrik ini diharapkan dapat berproduksi dengan padat karya dan menyerap tenaga kerja dari kalangan dhuafa. Semua produk yang dihasilkan merupakan hasil pemberdayaan karena semua petani binaan Dompet Dhuafa selain dibina menjadi petani, mereka dibina juga untuk proses marketingnya.

Tujuan dari wakaf produktif Dompet Dhuafa yakni ingin menyelamatkan aset umat dan membebaskan tanah seluas-luasnya untuk kesejahteraan umat. Adapun donasi wakaf Dompet Dhuafa tahun ini terus meningkat pesat dari tahun sebelumnya dengan total keseluruhan penerima manfaat terdiri dari 30 KK, 10 SDM, 12 desa. Persentase paling besar dari wakaf produktif ini yakni pada bidang kesehatan.




Hari semakin terik, sebelum matahari benar-benar bagaikan berada di atas kepala, kami diajak untuk berkeliling Kebun buah nanas sekaligus buah naga. Sambil menyimak penjelasan dari salah satu Staf Dompet Dhuafa yang menjadi guide kami saat itu, kami melihat tanaman buah nanas dan buah naga terhampar diatas lahan seluas 10 Hektar itu. Hingga tibalah kami disebuah peternakan domba yang ternyata masih dikelola oleh Dompet Dhuafa. Aku cukup kaget karena di area peternakan yang menurutku tidak begitu besar tersebut ternyata mampu menampung hingga 1000 ekor domba yang ketika Idul Adha dapat dimanfaatkan menjadi hewan kurban. Tepat di depan kandang-kandang domba yang terbagi menjadi kandang pembibitan dan kandang penggemukan ini terlihat beberapa pegawai yang sedang mengolah daun singkong menjadi silase (mendengar kata ‘silase’ seketika aku ingat masa-masa kuliah dijurusan Biologi beberapa tahun yang lalu, hehe maafkan aku yang malah bernostalgia).





Akhirnya tibalah waktu untuk istirahat sholat dan makan siang. Ini dia yang nggak kalah dinanti, iya kan? Kami semua menikmati hidangan menu makan siang khas sunda dengan suka cita. Setelah istirahat sejenak kami melanjutkan acara mengunjungi Rumah Industri Pengolahan Nanas yang jaraknya tak jauh dari Kebun Indonesia Berdaya ini, tapi tetap untuk menuju lokasi rumah industri tersebut harus menggunakan kendaraan. Rumah Industri Pengolahan Nanas tersebut terdiri dari bangunan kantor di bagian depan dan pabrik di bagian belakang. Sayang banget waktu kami kesana sedang tidak ada proses produksi, padahal aku ngarep banget sedang ada proses produksi biar bisa lihat langsung bagaimana proses pengolahan buah nanasnya.



Nggak terasa hari mulai menuju sore, akhirnya kami bersiap pulang menuju Bandung (menuju rumah masing-masing tepatnya, hehe). Melewati jalur yang sama dengan jalur berangkat tadi pagi, perjalanan pulang hingga daerah Lembang cukup lancar, namun memasuki daerah Bandung kami disuguhi kembali realita kota dengan segala kemacetannya.

Ditengah kemacetan aku kembali mengingat-ingat pengetahuan baru yang aku dapatkan hari itu. Bahwa ternyata untuk berwakaf nggak harus nunggu jadi kaya raya dulu, karena Dompet Dhuafa punya program wakaf Rp 10.000 perorang yang nantinya patungan dengan banyak umat muslim lainnya. Ini menarik banget buat milenial kayak aku yang punya cita-cita pengen berwakaf tapi masih ngos-ngosan nabung buat masa depan (cieee masa depan). Aku jadi terdorong banget buat ngajakin teman-temanku untuk turut serta berwakaf bersama di Dompet Dhuafa. Kunjungan hari itu bener-bener jadi pengalaman tak terlupakan buatku karena selain bisa melihat hamparan perkebunan yang luas (itung-itung refreshing karena kalo hari kerja pemandanganku hanya komputer beserta data dan angka), aku juga mendapat pencerahan baru mengenai wakaf bahwa berwakaf nggak seribet yang aku bayangkan sebelumnya. Justru dengan Dompet Dhuafa membuat wakaf menjadi lebih mudah.

Kantor Dompet Dhuafa Jabar (Bandung) :
Jl. R.A.A Marta Negara No.22A Turangga, Kec.Lengkong, Kota Bandung, Jawa Barat 40264

Kebun Indonesia Berdaya Dompet Dhuafa :
Desa Cirangkong, Kec.Cijambe, Subang, Jawa Barat

Rabu, 27 Maret 2019

Bandung Champion City : Ruang Hiburan dan Edukasi Bagi Keluarga


“Kalo udah gede nanti mau jadi apa?”
“Aku mau jadi dokter”
“Aku mau jadi pilot”
“Aku mau jadi polisi”
“Aku mau jadi ...” *bingung
Hai kakak-kakak yang cantik dan ganteng, kali ini aku sang calon orang tua di masa yang akan datang tiba-tiba pengen ngobrolin tentang dunia anak (tapi masih sebatas yang aku tahu), jangan jauh-jauh dulu tentang pola asuh dan sejenisnya deh, yang ringan aja dulu misalnya tentang cita-cita. Pernahkah kita bertanya tentang cita-cita kepada adik, keponakan, anak sendiri, anak teman, anak tetangga dan anak-anak lainnya? Bagaimana jawaban mereka?

Cita-cita biasanya masih berkaitan erat dengan sebuah profesi, maka tak heran jika anak-anak akan menjawab pertanyaan tentang cita-cita dengan sebuah profesi. Profesi yang mereka cita-citakan juga biasanya baru sebatas hasil dari apa yang mereka lihat dan dengar. Mereka belum sepenuhnya mengerti mengenai profesi yang mereka cita-citakan tersebut. Disinilah peran orang tua sangat penting dalam membimbing dan mengarahkan sang anak dalam menentukan cita-citanya.

Selain peran orang tua, sebenarnya ada banyak faktor pendukung lain yang juga sama pentingnya bagi sang anak dalam menentukan cita-citanya. Misalnya fasilitas belajar dan bermain bagi anak karena pada dasarnya anak-anak pasti masih senang bermain dan mengeksplor berbagai hal. Namun saat ini orang tua harus benar-benar pandai memilih fasilitas belajar dan bermain untuk sang anak. Fasilitas belajar dan bermain yang melibatkan anak secara langsung rasanya akan lebih disenangi oleh anak. Salah satu contohnya adalah Bandung Champion City yang beberapa hari kemarin baru saja aku kunjungi saat soft openingnya, tepatnya Hari Minggu, 24 Maret 2019.

Bandung Champion City adalah sebuah ruang hiburan dan edukasi terbesar di Bandung yang memiliki luas area 10.000 m2. Terletak di dalam sebuah mall lebih tepatnya di Lucky Square Mall Lt.P8A Jalan Terusan Jakarta No.2 Kiaracondong Kota Bandung. Karena letaknya didalam mall maka sudah pasti Bandung Champion City ini bersifat indoor, jadi jangan khawatir kehujanan atau kepanasan. Pada pintu masuk anak-anak akan disambut oleh petugas tiket yang memakai seragam luar angkasa dengan desain interior yang juga menyerupai luar angkasa. Anak-anak akan dipakaikan gelang yang bentuknya lebih mirip jam tangan sebagai tanda masuk ke area wahana.



Anak-anak bisa bermain sambil belajar dengan cara yang lebih menyenangkan disini. Bandung Champion City memiliki 78 wahana yang tersedia seperti bank, universitas, hotel, minimarket, gedung pemerintahan, dan lain sebagainya. Terdapat pula 177 profesi seperti polisi, dokter, pegawai bank, pemadam kebakaran, pilot, astronot, dan lain sebagainya. Anak-anak dapat bermain peran berbagai profesi sehingga mereka akan lebih mengetahui seperti apa profesi yang dicita-citakan oleh mereka.








Bandung Champion City ini tak hanya membuat anak-anak semakin tahu tentang profesi yang mereka cita-citakan saja, tapi orang tua juga akan menerima laporan aktivitas anak selama mereka bermain disana. Laporan ini bukan sembarang laporan karena laporannya merupakan hasil observasi langsung oleh mentor terlatih dan berpengalaman dibidangnya. Selain itu, orang tua juga dapat melakukan konsultasi raport bermain anak, penelusuran minat, karier, dan bakat anak, serta yang tak kalah penting orang tua juga mendapatkan edukasi mengenai parenting. Bagi teman-teman yang ingin mengajak adik, keponakan, anak, saudara, dan keluarga berkunjung ke Bandung Champion City ini, teman-teman cukup menyiapkan Rp 150.000 perorang untuk membeli tiketnya.




Bandung Champion City ini bisa menjadi alternatif ruang hiburan yang sangat tepat bagi keluarga karena wahana yang ditawarkan tak hanya untuk bermain saja tapi juga untuk belajar. Ruang bermain sambil belajar dengan konsep yang sangat menyenangkan ini menurutku akan sangat disukai oleh anak-anak, selain itu anak-anak juga akan semakin mengerti mengenai berbagai profesi yang salah satunya mungkin menjadi cita-cita mereka kelak. Disisi lain para orang tua juga akan semakin mengenal minat dan bakat sang anak melalui laporan yang akan diberikan setelah anak-anak bermain disana, sehingga para orang tua akan lebih mudah untuk membimbing dan mengarahkan putra-putri mereka nantinya. Jadi, yuk tunggu apalagi, weekend ini ajak keluarga main ke Bandung Champion City!!


Minggu, 09 Desember 2018

WISUDA XIII STT BANDUNG : Gerbang Para Wisudawan Menuju Masa Depan



Bagi seorang mahasiswa yang telah menempuh masa studi dan menjalani serangkaian ujian hingga tugas akhir, wisuda akan selalu menjadi momen yang dinanti. Wisuda akan selalu menjadi momen puncak penuh suka cita. Itulah yang ku saksikan pada Wisuda XIII STT Bandung kemarin, Sabtu 08 Desember 2018 di Harris Hotel & Conventions Festival Citylink Bandung. Raut bangga dan bahagia para orang tua wisudawan atas keberhasilan putra-putri mereka dalam menyelesaikan studinya, pun dengan tawa canda bahagia para wisudawan itu sendiri, masih lekat dalam ingatan bahwa untuk menyelesaikan studi hingga akhir bukanlah perkara yang mudah untuk dilalui. Akupun turut berbahagia atas Wisuda XIII STT Bandung kemarin, terlebih setelah mengetahui bahwa ternyata ada banyak mahasiswa STT Bandung yang menorehkan prestasi baik di dalam maupun di luar kampus.


Acara dimulai dengan dibukanya Sidang Senat Terbuka Wisuda XIII STT Bandung oleh Ketua STT Bandung, Bapak Muchammad Naseer, S.Kom, M.T, kemudian menyanyikan Lagu Indonesia Raya yang diikuti oleh seluruh wisudawan dan para hadirin. Acara dilanjutkan dengan laporan Ketua STT Bandung, Bapak Muchammad Naseer, S.Kom, M.T, beliau menyampaikan bahwa pada wisuda kali ini ada sekitar 183 wisudawan yang terdiri dari 106 wisudawan sarjana Teknik Industri dan 77 wisudawan sarjana Teknik Informatika. Sampai saat ini, STT Bandung telah berhasil meluluskan 1355 wisudawan, tak lupa beliau juga menyampaikan ada banyak prestasi yang diraih oleh para mahasiswa yang saat itu juga menjadi wisudawan. Sementara dari jajaran para staf pengajarnya, saat ini STT Bandung telah memiliki 120 orang staf pengajar, 96% sudah menempuh pendidikan Strata-2 dan 70% akan menempuh pendidikan Doktor. Bapak Muchammad Naseer, S.Kom, M.T juga menyampaikan bahwa pada tahun 2022 nanti STT Bandung akan Go University agar STT Bandung terus berkembang.


laporan dan sambutan dari Ketua STT Bandung, Bapak Muchammad Naseer, S.Kom, M.T

sambutan dari Ketua LPPI, Bapak Dadang Hermawan

pembacaan SK Ketua STT Bandung

Waktu terus bergulir dan serangkaian acara pun telah terlaksana satu persatu, hingga sampai pada acara puncak yakni pelantikan wisudawan. Satu persatu para wisudawan naik ke atas panggung bersamaan dengan ditampilkannya foto dan nama wisudawan pada layar infokus. Tak hanya sampai disitu, setelah prosesi pelantikan wisudawan selesai, acara dilanjutkan dengan pengumuman siapa saja yang berhak mendapat penghargaan sebagai wisudawan terbaik, hal tersebut merupakan wujud apresiasi pihak STT Bandung terhadap para mahasiswanya. Srikanti Astuti, S.T merupakan wisudawan terbaik dari Teknik Industri, dan Iin Indriwati, S.Kom merupakan wisudawan terbaik dari Teknik Informatika. Ada pula penghargaan skripsi terbaik yang diberikan kepada empat wisudawan, yang ini menurutku lain dari yang lain, sejauh ini sepertinya masih jarang ada pihak kampus yang memberikan penghargaan skripsi terbaik terhadap mahasiswanya, tapi STT Bandung sudah melakukannya. Keren!!!

pelantikan wisudawan

pelantikan wisudawan

pemberian penghargaan pada wisudawan berprestasi

Pada rangkaian acara wisuda kali ini, STT Bandung telah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak agar dapat terus berkembang. Hal ini dibuktikan dengan adanya penandatangan MoU dengan berbagai pihak seperti Universitas Islam Majapahit, PT Pos Indonesia, Bank Sampah Bersinar, Universitas Nasional PASIM, PT SLU, CMYK, Hungghi Taiwan. Selanjutnya acara dilanjutkan dengan orasi ilmiah dari Dr. Cyrille Schwob, APAC, Head of Research and Technology Development at Airbus, yang berkantor di Singapura.

penandatanganan MoU

orasi ilmiah dari Dr. Cyrille Schwob, APAC, Head of Research and Technology Development at Airbus

Rasanya acara wisuda tak lengkap jika tak ada perwakilan mahasiswa yang menyampaikan kesannya selama menempuh pendidikan di kampus tersebut. Maka pada wisuda kali ini, wisudawan bernama Tina Sri Handayani, S.Kom seorang disabilitas yang berhasil meraih banyak prestasi. Tina merupakan wisudawan sarjana Teknik Informatika yang telah berhasil meraih Medali Emas Lari 200 meter, Medali Perak Lompat Jauh, Medali Perunggu Lari 100 meter di Paralimpik Daerah. Hal ini membuktikan bahwa STT Bandung merupakan kampus yang ramah disabilitas dan turut mengembangkan potensi yang dimiliki para mahasiswanya. Setelah itu, penyampaian janji wisudawan oleh Ketua BEM yang diikuti oleh seluruh wisudawan.

perwakilan penyampaian kesan wisudawan

penyampaian janji wisudawan

Sebelum acara ditutup, para wisudawan diminta berdiri dan membalikkan badan menghadap kepada orang tua dan wali seraya diingatkan akan perjuangan orang tua selama ini. Bahwa mereka bisa berdiri sebagai seorang wisudawan kala itu adalah berkat perjuangan dan kerja keras para orang tua. Momen ini menjadi momen yang menyentuh buatku dan para hadirin yang hadir, karena sejujurnya akupun merasa ikut diingatkan akan perjuangan orang tuaku selama ini. Setelah itu, Sidang Senat Terbuka Wisuda XIII STT Bandung resmi ditutup.

Selamat untuk para wisudawan STT Bandung, semoga kalian bisa turut berkontribusi untuk masyarakat dan lingkungan dengan ilmu yang kalian miliki. Jangan berhenti sampai disini dan jangan cepat berpuas diri, raihlah impian kalian dengan terus berusaha dan tetap berdo’a. Momen wisuda ini merupakan bagian dari gerbang awal kalian menuju masa depan. Teruslah belajar baik secara formal maupun informal. Sukses terus untuk STT Bandung yang telah menghasilkan wisudawan berprestasi.

foto bareng teman-teman blogger

Selasa, 21 Agustus 2018

Penyiapan Sumber Daya Manusia di Indonesia dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0



Revolusi Industri dimulai saat akhir abad ke-18 yang pada saat itu Revolusi Industri ke-1 ditandai dengan pengenalan fasilitas produksi mekanis menggunakan tenaga air dan uap, kemudian awal abad ke-20 berkembang Revolusi Industri ke-2 mengenai pengenalan produksi masal berdasarkan pembagian kerja, beranjak awal tahun 1970 Revolusi Industri ke-3 ditandai dengan penggunaan elektronik dan TI untuk otomatisasi produksi, hingga saat ini Revolusi Industri ke-4 yang ditandai dengan sistem Cyber Physical. Lalu, bagaimana dengan sumber daya manusia di Indonesia sendiri menghadapi Revolusi Industri 4.0 ini?

Senin, 20 Agustus 2018 kemarin telah berlangsung sebuah Diskusi Publik bertema “Penyiapan Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0” yang bertempat di The Parlor, Bandung. Diskusi Publik ini diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Teknologi Bandung (STT Bandung) yang bekerjasama dengan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin RI).

Acara yang dimoderatori oleh Bapak Dharmasena Widjanegara ini menghadirkan para narasumber luar biasa seperti Bapak Drs. Mujiyono, M.M yang merupakan Kepala Pusdiklat Industri Kementerian Perindustrian; Ibu Ratna Utarianingrum yang merupakan perwakilan Dirjen IKM; Bapak Prof. Dr. Ir. Suhono Harso Supangkat M.Eng yang merupakan Guru Besar Institut Teknologi Bandung; Ibu N. Nurlaela Arief, MBA. MIPR yang merupakan Kepala Corporate Communications Bio Farma; serta Bapak Ronny P. Sasmita yang merupakan Direktur Eksekutif dan Pengamat Ekonomi EconAct. Acara diawali dengan pembukaan oleh Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Bandung yaitu Bapak Muchammad Naseer, S.T., M.Kom.

Di era serba digital ini sumber daya manusia menjadi faktor utama untuk mendukung Revolusi Industri 4.0. Sumber daya manusia dituntut memiliki kompetensi dalam pemanfaatan teknologi digital, empat kompetensi yang harus dimiliki yaitu Coding / Programming, Data Analysis & Statistic, Artificial Intelligence, dan Flexibility. Kebutuhan dunia industri yang semakin komplek membutuhkan keterampilan sumber daya manusia yang spesifik dan terukur dimana setiap vokasi industri akan menjawab masalah pengangguran.

Berdasarkan pemaparan Bapak Drs. Mujiyono, M.M, jumlah mahasiswa yang mengikuti pendidikan vokasi di Indonesia memiliki angka yang sangat jauh lebih rendah dibandingkan negara lainnya, yakni hanya 5,2% saja. Sementara Cina 59%, India 36%, Swiss 67%, Jerman 48%, Austria 76%, Belgia 55%, dan Belanda 68%. Pendidikan vokasi misalnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) perlu adanya perombakan besar mengingat guru SMK masih mayoritas guru normatif, seharusnya guru SMK memiliki skill yang dapat meng-upgrade skill siswa-siswanya. Pengembangan pendidikan vokasi ke depan diarahkan dari pedidikan vokasi konvensionalmenuju pendidikan vokasi link and match dengan industri, kemudian menuju pendidikan vokasi sistem ganda atau dual system, dengan pilot project dimulai tahun 2018.

Sementara menurut Ibu Ratna Utarianingrum, di bidang Industri Kreatif, Revolusi Industri 4.0 membawa berkah tersendiri yakni membawa peluang baru, Kemenperin RI menyiapkan langkah-langkah yang cukup baik terutama bagi kaum muda untuk turut serta dalam IKM dan E-Smart IKM. E-Smart IKM merupakan sistem database IKM yang tersaji dalam profil industri, baik sentra dan produk yang diintegrasikan dengan marketplace yang telah ada. E-Smart IKM memiliki konsep SIINAS.

Empat sektor industri kreatif yang menjadi pembinaan Kementerian Perindustrian meliputi industri fashion, industri kerajinan, industri animasi dan video, serta permainan interaktif. Menuju penerapan industri 4.0 pada sektor IKM melakukan upaya peningkatan keterampilan SDM industri, peningkatan produktivitas dan daya saing dengan teknologi digital, inovasi teknologi melalui pengembangan start up, serta mendorong industri menggunakan teknologi digital untuk efisiensi biaya produksi.

Lima sektor fokus Revolusi Industri 4.0 diantaranya industri makanan dan minuman, industri tekstil dan busana, industri otomotif, industri kimia, serta industri elektronik. Revolusi Industri 4.0 ini tidak mutlak menghapus sumber daya manusia, industri masih membutuhkan sumber daya manusia pada lini tertentu dalam sistem manajemen. Revolusi Industri 4.0 sudah di depan mata, maka tidak bisa kita hindari tapi perlu kita sikapi dan perlu kita adaptasikan untuk menghadapi era revolusi ini.


Selasa, 12 Juni 2018

Bicara Tentang Rokok, Kemiskinan, Hingga Capaian SDGs


Salah satu dari banyak hal yang paling aku syukuri tentang keluargaku adalah aku dibesarkan dilingkungan keluarga yang bukan perokok. Ayahku sama sekali nggak pernah merokok dan otomatis beliau melarang seluruh anggota keluarganya untuk merokok. Rasanya surga banget ketika berada di rumah karena terbebas dari paparan asap rokok. Tapi aktifitasku nggak bisa melulu ada di rumah, misalnya untuk bekerja yang mengharuskanku berinteraksi dengan lingkungan luar. Sehari-sehari di angkot, halte, jalanan, dan banyak tempat umum lainnya jadi kayak pemandangan biasa menyaksikan ada banyak para perokok dari berbagai kalangan yang merokok seenaknya. Miris sih sebenernya. Dalam hati selalu bertanya-tanya, apa mereka nggak tahu bahaya rokok? Atau, apa nggak sayang ya uangnya dibeliin rokok terus? Dan banyak pertanyaan lainnya.

Kemudian yang lebih bikin miris lagi adalah ketika tau ada banyak keluarga yang berpenghasilan rendah yang anggota keluarga laki-lakinya justru lebih mementingkan membeli rokok daripada membeli kebutuhan pokok seperti beras, telur, dan makanan bergizi lainnya. Atau berdasarkan cerita dari seorang teman yang berprofesi sebagai guru tentang orangtua siswa yang mampu membeli rokok tapi tidak mampu membelikan anaknya buku pelajaran. Ini udah tingkat pengen marah sih sebenernya pas dengernya. Kalo udah gini, rasanya bertanya-tanya dalam hati aja udah nggak cukup. Apa aku harus menggelar orasi tentang bahaya rokok sama orang-orang? Tapi berjuang sendirian kadang malah nggak dihiraukan, hiks hiks.

Seminggu yang lalu, KBR bagai membawa angin segar buatku. Tepatnya Rabu, 6 Juni 2018 pukul 09.00 – 10.30 WIB dalam Program Ruang Publik KBR menyiarkan serial #RokokHarusMahal Episode ke-4 tentang ‘Kemiskinan, Dampak Rokok Murah, dan Capaian SDGs’. Serial #RokokHarusMahal ini disiarkan di 100 radio jaringan KBR yang tersebar di seluruh Indonesia dan disiarkan secara langsung juga di FB Live Kantor Berita Radio-KBR. Pada episode kali ini diisi oleh Dr. Arum Atmawikarta, MPH (Manager Pilar Pembangunan Sosial Sekretariat SDGs Bappenas) dan Bapak Tulus Abadi (Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia), dan juga ada Bapak Jalal dari Koalisi Bersatu melawan kebohongan Industri Rokok. Obrolan ini dipandu oleh Mbak Arin Swandari.


Serial #RokokHarusMahal ini merupakan sebuah kampanye dukungan, harapan, dan dorongan supaya rokok harus mahal. Karena selama harga rokok masih murah maka masyarakat yang berpenghasilan rendah masih tetap bisa membeli rokok tersebut. Apalagi jika rokok masih bisa dibeli eceran, siapapun bisa membelinya termasuk anak-anak. Jadi ingat beberapa hari yang lalu waktu pulang kerja, di angkot ada anak SMP yang merokok seenaknya, dan ternyata sang supir angkot pun merokok, hiks. Dilain hari masih ketika pulang kerja, aku liat ada anak perempuan yang kupastikan usianya dibawah aku, merokok juga sambil boncengan sama temennya yang sama-sama perempuan. Ya Allah.. harus gimana lagi ini..


Nah, kira-kira kalo rokok harus mahal, maka harus seberapa mahalkah harga rokok tersebut? Minimal Rp 50.000 perbungkus, disertai larangan pembelian secara eceran. Tapi kalo bisa lebih mahal lagi sih lebih baik lagi kayaknya. Karena dengan begitu, para masyarakat berpenghasilan rendah bahkan anak-anak akan sulit menjangkau harga rokok tersebut. Mudah-mudahan akan diikuti dengan kesadaran para perokok tersebut untuk tidak merokok lagi kemudian uang yang biasa dibelikan untuk rokok dapat dialokasikan untuk kebutuhan lain yang lebih penting.

siaran program ruang publik kbr

siaran program ruang publik kbr

Kemudian bicara tentang SDGs, apakah itu? SDGs yang merupakan Sustainable Development Goals atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan merupakan 17 tujuan yang berkaitan dengan manusia, lingkungan hidup, kesejahteraan, ketahanan pangan, kesehatan, perdamaian, dan kemitraan. SDGs memuat 17 tujuan dan terbagi kedalam 169 target untuk menjadikan kehidupan manusia menjadi lebih baik. Metode dan cara pelaksanaan SDGs menuntut partisipasi warga misalnya melibatkan masyarakat sipil.


Lalu apa hubungan rokok dengan SDGs? Tentu saja sangat berhubungan. Pengendalian rokok dapat berpengaruh pada empat tujuan SDGs, yaitu tujuan pertama tanpa kemiskinan, tujuan kedua tanpa kelaparan, tujuan ketiga kehidupan sehat dan sejahtera, dan tujuan keempat pendidikan berkualitas. Sebenarnya hampir seluruh tujuan SDGs membutuhkan dukungan yang kuat. Dengan adanya pengendalian rokok ini diharapkan masyarakat berpenghasilan rendah dapat mengalokasikan uangnya untuk kebutuhan yang lebih pokok dalam rumah tangga, atau bisa juga untuk kebutuhan pendidikan anak-anaknya, bahkan untuk urusan kesehatan juga.

Disisi lain, pengendalian rokok tak hanya cukup dari menaikkan harga rokok saja. Tapi dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak. Dari pihak pabrik dan pihak-pihak yang bersangkutan, pun kita sebagai masyarakat bisa memulai dari keluarga terlebih dahulu dengan memberi contoh untuk tidak merokok bagi anggota keluarga yang lain, juga melarang dengan tegas jika ada anggota keluarga yang merokok.

Ah rasanya jika bicara tentang rokok memang nggak akan ada habis-habisnya ya. Buat temen-temen yang mau ikutan juga, yuk masih ada kesempatan mengikuti kampanye #RokokHarusMahal #Rokok50Ribu ini lho. Caranya pantengin terus akun media sosial KBR ya..

Website : kbr.id
Instagram : kbr.id
Twitter : HaloKBR

Kamis, 24 Mei 2018

Bento Ramadan, Temani Berbuka Puasa dan Berbagi dengan Sesama


Memasuki bulan Ramadan kali ini, seperti biasa ide untuk buka puasa bersama selalu bermunculan. Ajakannya seperti biasa, mulai dari buka puasa bersama teman-teman semasa sekolah, teman-teman semasa kuliah, sahabat-sahabat terdekat, bahkan sampe keluarga besar. Seneng banget pastinya karena momen buka puasa bersama ini bisa jadi ajang silaturahmi juga, apalagi kalau buka puasanya bersama orang-orang yang selama ini jarang banget ketemu. Tapi sepanjang ratusan purnama berlalu, aku masih sangat-sangat jarang buka puasa bersama dengan saudara-saudara sesama muslim sekaligus berbagi kebahagiaan bersama orang-orang yang sebelumnya belum pernah aku temui. Kayaknya momen buka puasa bersama seperti itu bakalan jadi lebih berfaedah banget ya. Ternyata alhamdulillah tahun ini aku mendapat kesempatan itu.


Selasa, 22 Mei 2018 aku ikut buka bersama anak yatim dan dhuafa, juga Blogger Bandung di Hokben Surya Sumantri Bandung. Semangat banget lah jam 14.00 pulang ngantor langsung meluncur ke lokasi karena takut kejebak hujan juga (eh tapi nyangkut dulu satu jam di PVJ sih, hehe). Jam 15.30 sampe di lokasi, agak deg-degan karena masih keliatan sepi tapi ternyata acaranya ada di lantai dua. Sampai di lantai dua, udah ada beberapa teman yang udah hadir.


Ngobrol-ngobrol sebentar sama teman-teman kemudian milih menu buat buka puasa nanti. Ternyata Hokben punya menu khusus selama bulan Ramadan, namanya Bento Ramadan. Nggak tanggung-tanggung Hokben menghadirkan enam menu Bento Ramadan dengan kisaran harga mulai dari Rp 43.000 sampai dengan Rp 55.000 aja (sudah termasuk pajak juga lho). Ada yang istimewa dari keenam menu Bento Ramadan ini, yaitu pemasanan menu Bento Ramadan makan di tempat (dine in) ataupun dibawa pulang (take away) mendapatkan free takjil. Jadi dengan harga yang relatif murah kita sudah mendapat menu buka puasa yang lengkap.

Bento Ramadan 1 (Nasi, Salad, Chicken Teriyaki, 2 pcs Egg Chicken Roll) + Teh Botol Sosro 250ml + Takjil. Rp 45.000,-

Bento Ramadan 2 (Nasi, Salad, Chicken Teriyaki, 2 pcs Egg Shrimp Roll) + Teh Botol Sosro 250ml + Takjil. Rp 45.000,-

Bento Ramadan A (Nasi, Salad, Beef Yakiniku, 1 pcs Tori Ball, 2 pcs Egg Shrimp Roll) + Teh Botol Sosro 250ml + Takjil. Rp 55.000,-
Bento Ramadan B (Nasi, 1 pcs Chicken Steak) + Teh Botol Sosro 250ml + Takjil. Rp 43.000,-

Bento Ramadan C (Nasi, Salad, Beef Teriyaki, 1 pcs Tori Ball, 2 pcs Egg Shrimp Roll) + Teh Botol Sosro 250ml + Takjil. Rp 55.000,-
Bento Ramadan D (Nasi, 1 pcs Chicken Katsu) + Teh Botol Sosro 250ml + Takjil. Rp 43.000,-

Itu aja? Ternyata nggak. Selain Bento Ramadan, Hokben juga memberikan promo yakni untuk setiap pembelian paket Omiyage 4 orang gratis 4 pcs Teh Botol Sosro 250ml, dan setiap pembelian paket Omiyage 6 orang gratis 6 pcs Teh Botol Sosro 250ml. Hayoloooh tertarik kaaan? Yuk langsung realisasikan buka puasa bersama di Hokben.

“Share to Love, Love to Share” merupakan semangat sekaligus slogan Corporate Social Responsibility (CSR) Hokben. Ternyata sejak tahun 2001 setiap tahunnya Hokben menjalankan program “Berbuka Puasa bersama Anak Panti Yatim dan Dhuafa” di seluruh area store Hokben. Tahun ini bersamaan dengan usia Hokben yang menginjak ke-33 tahun, Hokben mengajak 3300 anak yatim dan dhuafa dari sekitar 38 panti asuhan untuk berbuka puasa bersama di wilayah Jawa dan Bali. Luar biasa ya. Dari acara ini aku baru tahu kalau program CSR Hokben berfokus pada dua pilar utama yakni “Hokben Cinta Pendidikan” dan “Hokben Berbagi dengan Sesama”.




Waktu bergulir, anak-anak yatim dan dhuafa yang sholeh dan sholehah pun sudah tiba di tempat. Acara pun dimulai dengan disambut oleh MC Kak Jono dan Kak Fitria dengan meriah.  Dilanjutkan dengan tilawah Al-Quran dan doa. Kemudian sambutan dari panitia Hokben yakni ada Pak Agus Hulyana (General Manager Hokben Jabar), Ibu Irma (Divisi Komunikasi Hokben Group), dan Bapak Herry Syamhartadi (PIC Hokben Surya Sumantri). Ada pula sambutan dari perwakilan panti asuhan dan hiburan nasyid serta game yang seru. Buka puasa bersama rasanya nggak lengkap kalau nggak disertai tausiyah sebelum berbuka puasa, ada Bapak Ustadz Bayan dari Rumah Yanti Cemara yang mengisi tausiyah sehingga suasana menjadi begitu sangat teduh. Nggak terasa adzan maghrib pun tiba, setelah berbuka dan shalat maghrib berjamaah dilanjutkan dengan ramah tamah dan pembagian goodie bag dan santunan anak yatim dan dhuafa.



Rasanya buka puasa bersama anak yatim dan dhuafa juga teman-teman Blogger Bandung kemarin sangat berkesan untukku. Mencoba mengambil hikmah dari acara ini, bahwa dalam menjalani hidup kita harus senantiasa pandai bersyukur, mensyukuri sekecil apapun nikmat yang diberi oleh Allah SWT untuk kita, dan nggak mudah menyerah. Anak-anak yang kutemui saat itu semuanya sangat ceria, nggak ada raut kesedihan sedikitpun. Juga tentang indahnya berbagi pada sesama, peduli pada sesama karena kita semua adalah bersaudara. Tidak membeda-bedakan orang lain karena pada hakikatnya kita semua adalah sama dihadapan-Nya.

Lima Tantangan Ramadan yang Ingin Aku Jadikan Kebiasaan

Tiap bulan ramadan tiba rasanya senenggg banget. Seneng karena masih diizinkan Allah SWT ketemu sama bulan ramadan lagi. Waktu bergulir, kir...